Text
Wa'alaikumussalam, pelengkap Iman
JIKA memang yakin Allah Maha Membolak-balikkan Hati, lantas mengapa masih mengemis cinta
manusia? Hal itu yang membuat saya enggan membahas perkara jodoh dan pasangan hidup.
Pikiran saya terlalu sibuk memperbaiki diri. Memperbaiki masa lalu yang sama sekali tidak bisa
diperbaiki. Sampai hati ini terlalu kaku untuk menyadari perasaan yang diberikan Al-Wadud.
Perasaan tabu bernama ‘cinta’ dari Sang Maha Mencintai.
Bagi saya cinta hanyalah sebuah kebinasaan. Qorun mati karena kecintaannya kepada harta benda,
begitu pun Fir’aun yang ditenggelamkan oleh cintanya terhadap kedudukan. Ketakutan menguasai diri,
saya takut perasaan yang muncul hanyalah perasaan yang melalaikan. Hati ini enggan mengakui bahwa
ia telah jatuh.
Namun di sisi lain Hamzah, Ja’far, dan Hanzhalah mati karena cintanya kepada Allah dan rasul-Nya. Lalu
kenapa setelah kecintaan kepada Allah dan rasul-Nnya, harus ada cinta yang lain? Sebuah perasaan pada
seseorang yang membuat saya merasa dispesialkan.
Ya, anak itu, dia mengusik pikiran saya, melangkah di hati saya dan akhirnya membuat saya terluka.
Nafisya Kaila Akbar, anak manja. Jika kamu membaca ini, kamu harus tahu bahwa menjadi imam rumah
tangga untukmu adalah perjalanan yang panjang bagi saya. Satu hal salah yang telah kamu pahami,
bahwasannya menikah bukanlah jalan keluar menyelesaikan masalah, namun awal di mana masalah-
masalah baru akan muncul.
Karena simpul halal telah menyatukan kita dengan cara-Nya yang begitu unik, izinkan saya menjadi satu-
satunya pria yang berdiri di depanmu sambil mengucap takbir, menjadi satu-satunya pria yang
memimpinmu ketika kening bertemu bumi, izinkan saya menjawab, “Wa’alaikumussalam, Pelengkap
Iman.”
Tidak tersedia versi lain