Sejatinya menghadap ke mana pun, kita melihat kebesaran Allah yang membuat kita menyebut nama-Nya. Bukan hanya di Ka‘bah, tapi juga di gubuk-gubuk orang miskin, di rumah-rumah yatim, bahkan di lembaga pemasyarakatan. Masjid bisa roboh, Ka‘bah bisa sepi, tapi hati manusia yang beriman akan abadi dalam ketaatan dan kecintaan pada-Nya.
Para penumpang di dalam sebuah kapal, ketika ombak-ombak datang menghempas lalu bayangan kematian di depan mata, mereka berkata " Ya Allah!". Seorang pilot mengumumkan bahwa roda-roda pesawat tak bisa digerakkan sehingga tak bisa mendarat. Para penumpang di pesawat itu panik dan berkata " Allahu akbar!".
Bagi kita yang tidak merasakan langsung, cobaan dan musibah yang menimpa orang lain mungkin hanya bisa melahirkan rasa prihatin dan empati kita, lalu kita berupaya untuk membantunya semampu kita. Tapi tidak begitu bagi orang yang mengalaminya langsung. Sering kali musibah itu terasa berat bahkan teramat berat. Seluruh energi jiwa dan raganya seolah habis tercurahkan untuk mengatasi cobaan itu.
Aku ingin begini, ya Allah.... Aku ingin begitu, ya Allah... Semoga ada kesempatan untukku, ya Allah... Amin.